Dikisahkan, di bawah sebuah pohon
yang rindang, tampak sekelompok anak-anak sedang menyimak pelajaran yang
diberikan oleh seorang guru. Di antara anak-anak itu, terlihat seorang kakek
duduk di sana.
Seusai pelajaran, seorang pemuda
dengan penasaran menghampiri dan bertanya kepada si kakek, “Kek, apakah kakek
seorang guru?”
“Bukan…, aku bukan seorang guru.
Aku juga sedang belajar, sama dengan anak-anak itu.”
“Lho, memangnya, berapa umur
kakek?”
“Umur kakek tahun ini, tepat 10
tahun.”
“Ah…, kakek bercanda! Perkiraanku,
umur kakek sudah 70 tahunan…”
“Ha ha ha, tebakanmu benar! Bila
dihitung dari saat kakek lahir hingga kini, umur kakek memang 70 tahun. Tetapi,
60 tahun yang telah dilewati jangan dihitung. Yang benar-benar dapat dihitung
adalah kehidupanku sepuluh tahun terakhir ini.”
Si pemuda menunjukkan wajah
kebingungan. Ia pun bertanya, “Apa artinya, Kek?”
Sambil menghela napas panjang si
kakek menjawab, “Sejak kecil sampai usia 20 tahun, yang seharusnya waktu
terbaik untuk belajar, tetapi kakek sibuk bermain dan bersantai. Karena semua
kebutuhan hidup telah disediakan berlimpah oleh orangtua kakek. Kemudian 20
tahun berikutnya, waktu yang seharusnya untuk mengejar karir dan berjuang,
kakek malah menggunakannya untuk berfoya-foya-menghamburkan harta yang
diperoleh dengan susah payah oleh orangtua kakek. Dan 20 tahun ketiga, waktu
yang seharusnya untuk mengumpulkan tabungan sebagai persiapan pensiun di masa
tuaku, malahan kakek gunakan untuk pergi tamasya, menghabiskan sisa harta yang
masih ada. Semua hanya untuk mengejar kesenangan sesaat. Coba, kamu pikir,
bukankah 60 tahun telah kulewati itu sia-sia? Tidak ada satu pun yang
kupelajari.”
“Lalu bagaimana dengan sepuluh
tahun terakhir hidup kakek?”
Dengan mata berkaca-kaca si kakek
bertutur, “Sepuluh tahun terakhir aku sadar, 60 tahun hidup dilalui tanpa
makna, tanpa tujuan, dan tanpa cita-cita… Sungguh hidup yang sia-sia, tidak
berguna. Saat sadar, kakek sudah hidup sebatang kara dan tanpa harta.Untuk hidup pun harus ditunjang dari
belas kasihan orang lain. Anak muda, jangan meniru kehidupan seperti yang telah
kakek jalani. Karena, waktu adalah modal utama paling berharga yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pergunakanlah baik-baik untuk belajar,berusaha, dan
berkarir. Efektivitaskan waktumu pada tujuan yang jelas, dan berjuang meraih
keberhasilan. Maka kelak di hari tuamu, kamu akan menjalani kehidupan ini
dengan bangga dan bahagia.”
Teman-teman yang luar biasa,
Saat ini kita hidup di Abad ke-21,
di mana zaman mempunyai ciri khas yakni perubahan yang cepat, perkembangan
teknologi yang semakin pesat, persaingan di semua lini usaha yang begitu ketat.
Dan kita dituntut menjadi manusia pembelajar yang bisa menghargai waktu dan
mengelolanya secara cerdas, cermat, dan cekatan.
Jika kita mampu mengelola waktu
dengan begitu smart, bisa dipastikan kehidupan kita akan punya warna, punya
ciri, dan berkualitas. Manfaatkan waktu yang begitu berharga! Seperti pepatah
berbunyi, time is money (waktu adalah uang). Tetapi lebih dari itu, time is
life (waktu adalah nyawa)…!
0 komentar:
Posting Komentar