Satu waktu ia mendengar dari orang-orang hal seseorang yang
katanya mampu menyembuhkan penyakit ganas sekali pun. Danu datang ke kediaman
orang pintar itu. Namanya Pak Martin, Kemudian Danu menceritakan riwayat
penyakitnya kepada Pak Martin. "Adakah cara pengobatan yang dapat
membantuku, Pak? "Saya sering dengar hal keberhasilan bapak menyembuhkan
pasien-pasien lainnya, apa hal seperti itu juga bisa terjadi kepada saya
pak?" tanya Danu waktu rasa ketakutan akan mati mulai menguasainya.
Pak Martin menghembuskan napas, beliau mencoba untuk
menenangkan kegelisahan Danu, "Nak Danu, saya hanyalah manusia biasa yang
dapat berupaya untuk memberikan pengobatan untuk pasien-pasien saya. Saya
mungkin bisa membantu meringankan sakit mereka sekalian, namun hanya tuhan yang
bisa menyembuhkan mereka (keajaiban)." imbuhnya dengan pelan.
"Keajaiban?" sesaat Danu tertegun.
"Seandainya dijual keajaiban, saya akan membayar meski harus menghabiskan
seluruh harta saya." sahut Danu lemah.
Pak Martin menuliskan sesuatu lalu menyerahkan kepada Danu.
"Datanglah ke tempat ini Nak Danu, disini kamu dapat membeli keajaiban
yang kamu inginkan."
"benarkah? Seandainya tempat ini benar-benar menjual
keajaiban, lantas dengan cara apa saya dapat membelinya Pak?" tanya Danu.
Kemudian Pak Martin memberikan selembar tulisan yang lain.
"Bacalah disaat kamu tiba di tempat itu."
Betapa terkejut Danu setelah sampai ke tempat yang menjadi
tujuannya untuk membeli keajaiban, ternyata tempat tersebut adalah sebuah
masjid kecil. Danu merogoh lembaran kertas yang lainnya lalu membacanya.
“Sebenarnya kamu dapat membeli keajaiban tersebut dimana
saja dan kapan saja. Namun ada baiknya jika kamu mencarinya langsung di
rumah-Nya. Untuk bayarannya? Berbaliklah lalu cobalah posisikan dirimu sebagai
orang yang ingin menikmati karya seni, tidak sedikit pun bagian yang akan
terlewatkan pandanganmu, Bukalah matamu nak!”
Dilihatnya panti untuk penderita cacat yang berdiri tepat di
seberang jalan. Ada pengemis dan anak jalanan, mereka menghampiri sebagian
orang yang lewat demi meminta sedikit rejeki untuk melanjutkan hidup mereka.
Kemudian danu membacanya lagi.
“Berdoalah nak, memohonlah dengan rasa tulus kepada Allah.
Itulah harga yang dapat kamu berikan untuk mendapatkan suatu keajaiban yang
kamu cari. Dan bila Allah berkehendak, keajaiban itupun pasti datang”
Sejak itu, Danu mulai mengisi hari-harinya tidak hanya untuk
pengobatan, ia melaksanakan ibadah sholat dan banyak berzakat. Ia mulai sangat
peduli terhadap lingkungan.
Hari telah berlalu tahun, Kini ia terbaring lemah di sebuah
rumah sakit, sudah lima hari kondisinya menurun. Danu memandangnya, beliau
adalah Pak Martin yang menunggu disebelahnya. Danu sengaja untuk memintanya
datang.
"Bapak masih ingat kan tentang kejadian tahun lalu, di
saat saya bertanya apakah saya dapat menemukan keajaiban yang dapat
menyembuhkan penyakitku?" Pak Martin mengangguk, "Menemukan mesjid
kecil tapi indah. Sejak itu saya mendekatkan diri kepada yang maha kuasa, saya
banyak berdoa. Saya juga menyumbangkan penghasilanku untuk menolong yang butuh
bantuan. semua yang sudah saya lakukan, Allah masih belum memberikan keajaiban
untukku." katanya dengan nada getir.
Danu kembali memandang Pak Martin, "Tetapi saya tidak
sedih, pak. Saya tidak pantas marah atas yang menimpa diri saya, dan saya juga
tidak menyesal telah berbuat kebaikan kepada mereka meskipun awalnya saya
berharap kesembuhan sebagai balasannya. Sekarang saya merasa tenang dan lebih
dekat kepada-Nya." Kemudian Danu menghembuskan nafas terakhirnya.
Kawan, sebaik-baiknya keajaiban bukanlah kesembuhan bagi
penyakit kita. Melainkan kita yang bisa memberi keajaiban bagi orang yang
sedang membutuhkan untuk sekedar hidup.
Untuk membangkitkan semangat yang patah, baca Kisah Berani Gagal Para Tokoh Dunia.
0 komentar:
Posting Komentar